Zionisme dan Sekularisme Berbaju Agama


PDF Cetak E-mail


Gerakan Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi. Zionisme merupakan gerakan nasionalisme, bermotif duniawi yang menginginkan bangsa Yahudi memiliki tanah air sendiri dengan merampas

Mungkin dalam benak kita muncul pertanyaan, apa sebenarnya yang diinginkan Zionis-Israel sampai melakukan pembantaian secara membabi-buta rakyat sipil tak berdosa di Gaza dan Libanon? Apa sebenarnya dasar keyakinan dan ideologis yang mendasari tindakan mereka? Betulkan ini seruan agama (Yahudi) yang mereka anut? Bukankah hampir bisa dipastikan tidak ada agama yang sengaja mendorong pemeluknya melakukan pengrusakan dan kekerasan? Bila kita tidak mengetahui apa sesungguhnya ideologi yang melatarbelakangi munculnya Israel (baca: Zionisme) kita akan dengan menggeneralisasi bahwa aksi-aksi itu dilarbelakangi oleh perintah agama (Yahudi). Padahal, sesungguhnya agama hanyalah kedok yang merekai pakai sebagai alat legitimasi. Di dalamnya justru tersimpan keyakinan materialistik anti-agama. Tulisan ini mencoba memotret masalah tersebut.

Akar Ideologis Gerakan Zionisme
Zionisme adalah salah satu ?mazhab' dalam agama Yahudi. Istilah Zionisme dinisbahkan kepada sebuah bukit di Yerussalem yang bernama "Zion," tapi kemudian justru nama "Zion" itu identik dengan Yerussalem sendiri. Nama Zion ini menjadi sangat penting dalam sistem teologi Yahudi karena disebutkan dalam Mazmur 9:12, "Bermazmurlah bagi Tuhan yang bersemayan di Zion." Zion dianggap sebagai tempat suci tempat bersemayam Tuhan. Masih dalam Mazmur 137:1 juga disebutkan, "Di tepi sungai Bebel, di sanalah kita duduk sambil menangis apabila kita melihat Sion."
Ayat ini menjadi dasar kerinduan dan semangat untuk kembali ke Sion (Yerussalem), saat mereka diasingkan ke Babilonia. Dalam Yesaya 52:1-2 bahkan dengan jelas ada dorongan untuk kembali ke sana: "Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatanmu seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerussalem kota yang kudus! Sebab tak seorang pun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk ke dalammu. Kebaskanlah debu dari padamu, bangunlah hai Yerussalem yang tertawan. Tanggalkanlah ikatan-ikatan dari lehermu hai puteri Sion yang tertawan!
Ayat-ayat itulah yang dijadikan dasar oleh kelompok yang menamakan diri "Zionisme" untuk membangun keyakinan bahwa umat Yahudi harus kembali menduduki Zion (Yerussalem) dengan cara apa saja, termasuk dengan cara kekerasan. Alasan doktrin itu pula yang dijadikan topeng untuk menarik dukungan dari orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk mendukung gerakan ini.
Padahal, seperti yang akan kita lihat dalam penjelasan berikut, doktrin itu tidak harus selalu diartikan sebagai keharusan "merebut" Yerussalem dari tangan orang di luar Yahudi. Doktrin itu sebetulnya hanya topeng untuk membngkus gerakan nasionalisme yang dipelopori orang-orang Yahudi yang sudah terpengari pemikiran-pemikiran secular seperti Theodor Herzl.
Jadi, harus dicatat bahwa sejak awal didirikan sampai saat ini, gerakan Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi. Sampai saat ini, Zionisme tetap merupakan gerakan nasionalisme, sebuah gerakan bermotif duniawi yang menginginkan bangsa Yahudi memiliki tanah air sendiri. Hanya saja, untuk memperkuat posisi ini, mereka menggunakan doktrin-doktrin agama Yahudi yang seringkali dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak heran kalau gerakan Zionisme ini mendapat tentangan juga dari kalangan agamawan Yahudi sendiri, selain dari orang-orang Arab Israel yang merasa hak-hak mereka dirampas.
Tentangan antara lain muncul dari kaum Yahudi ultraortodoks. Mereka berkeberatan terhadap aspek politik gerakan ini. Mereka percaya bahwa kebali ke Zion (Tanah yang dijanjikan) harus merupakan takdir Tuhan, bukan kehendak duniawi. Di pihak lain, kelompok sosialis dan komunis menganggap Zionisme sebagai gerakan reaksioner kaum borjuis. Para rabbi Yahudi dan pengikutnya menentang zionisme juga karena karakter nasionalnya. Karena percaya bahwa Yudaisme adalah agama dan bukan kebangsaan, mereka cenderung menolak konsep politik Zionisme.
Di Inggris dua organisasi Yahudi, Badan Perwakilan Yahudi Inggris dan Asosiasi Inggris-Yahudi, menentang Zionisme juga atas dasar kepercayaan bahwa Yudaisme adalah agama, bukan bangsa seperti klaim para Zionis. Oleh sebab itu, buat mereka tidak perlu orang-orang Yahudi memiliki negara nasional sendiri.
Tentangan yang sama juga datang dari Komisi Yahudi di Amerika pimpinan Jacob H. Schiff, Louis Marshall, serta Mayer Sulzberger. Protes keras sering mereka lancarkan menentang keinginan-keinginan politik kaum Zionis. Jelas bahwa munculnya Zionisme bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan nasionalisme yang sangat dipengaruhi oleh gaung nasinalisme yang pada masa itu tengah digandrungi di seluruh dunia. Ini juga menandakan bahwa Zionisme juga tidak lebih daripada proyek borjuasi (baca: kapitalisme) yang ingin mencaplok apa saja yang menghalanginya. Dan ini juga merupakan salah satu proyek pembaratan dunia Islam yang terus dilancarkan setelah kekalahan Eropa oleh umat Islam. Kita akan melihat kenyataan ini dalam paparan singkat mengenai sejarah awal gerakan zionisme berikut.

Pertumbuhan Zionisme Awal
koresponden Paris majalah Neue Freie Presse Wina, Dr. Theodor Herzl menerbitkan majalah mingguan Die Welt sebagai sarana resmi para Zionis. Pada tahun yang sama, atas inisitifnya, terselenggara Kongres Zionis pertama yang diselenggrakannya di Basel, Swis. Kongres ini menghasilkan resolusi tentang Palestina yang harus menjadi pemukiman bangsa Yahudi dan didirikannya Organisasi Zionis Dunia. Herzl sendiri terpilih menjadi ketuanya. Inilah awal gerakan Zionisme secara mondial.
Untuk mewujudkan impian mereka "kembali ke tanah yang dijanjikan" banyak cara yang mereka lakukan. Ketika Turki Usmani masih menguasai Palestina, berulang-ulang mereka meminta izin kepada sultan Abdul Hamid agar mereka boleh membeli tanah yang akan disiapkan menjadi pemukiman bangsa Yahudi. Namun, sampai akhir kekuasaannya, Sultan tidak pernah mengizinkan orang-orang Yahudi memiliki tanah-tanah di Palestina.
Baru setelah Turki Usmani jatuh ke tangan Inggris pasca-Perang Dunia I, kaum Zionis mendapatkan izin untuk membuka pemukiman di Palestina. Mulanya membeli tanah, tapi kemudian banyak yang melakukan penyerobotan tanah-tanah milik rakyat Palestina. Sebelumnya, sekitar tahun 1903, ketika terjadi penganiayaan terhadap Yahudi secara besar-besaran di Rusia, kelompok Zionis melalui Herzl berunding dengan Inggris agar diberi tempat pemukiman baru bagi orang-orang Yahudi yang terusir itu. Inggris menawarkan Uganda, namun dalam Kongres ke-7 Organisasi Zionis Dunia tahun 1904 tawaran itu ditolak. Hanya satu tempat yang mereka inginkan, yaitu Palestina, tempat yang mereka anggap sebagai warisan leluhur mereka yang dijanjikan untuk mereka.
Perjanjian Sykes-Picot (1916) memberikan peluang besar kepada orang-orang Yahudi untuk mendapatkan Palestina. Kesempatan itu semakin terbuka lebar pada saat Deklarasi Balfour (1917) ditandatangani. Dalam Deklarasi itu, Inggris mendukung sepenuhnya niat bangsa Yahudi mendirikan negara Nasional di Palestina. Keberhasilan-keberhasilan diperoleh bangsa Yahudi atas lobi-lobi yang dilakukan oleh kelompok Zionis ini. Sebab, merekalah yang sangat berambisi untuk merebut Palestina dan mendirikan sebuah negara Yahudi di sana.

Rencana Busuk di dalam Kekejaman Israel


Dunia Arab kembali disibukkan dengan ketegangan baru yang dipicu agresi militer darat, laut, dan udara Israel terhadap Lebanon sejak 12 Juli 2006. Alasan Israel melancarkan serangan tersebut untuk membebaskan dua prajuritnya yang diculik Hizbullah. Dalam perkembangan berikutnya, alasan tersebut ternyata kamuflase alias palsu.

Menteri Pertahanan Israel, Amir Perets, secara terbuka mengatakan Israel ingin mengusir Hizbullah dari Lebanon. Bahkan pada 23 Juli 2006 lalu, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, mengisyaratkan bahwa krisis di Lebanon akan memakan waktu yang lama, hingga infrastruktur Hizbullah di Lebanon dapat dihancurkan. Israel juga secara tegas menolak usul utusan PBB untuk gencatan senjata dalam waktu segera. Mereka beralasan, penghancuran infrastruktur kelompok 'teroris' tidak mengenal upaya diplomasi. Akibat dari agresi itu ratusan warga Lebanon meninggal, ratusan ribu penduduk lainnya terusir dari kampung halaman.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Israel sedemikian beringas melancarkan perang pembersihan tanpa membedakan antara target sipil dan militer? Bahkan infrastruktur Lebanon dari mulai jalan raya, jembatan, bandara, stasiun listrik, pemancar televisi, saluran air, juga mengapa ikut dihancurkan? Seandainya tujuan dari agresi tersebut hanya untuk membebaskan dua prajuritnya, tentu bernegosiasi secara langung jauh akan lebih efektif .

Balas dendam


Israel ibarat seorang yang sedang kehausan menemui sebuah mata air. Penculikan dua tentara Israel dimanfaatkan untuk melampiaskan dendam masa lalu dengan memberangus Lebanon. Seorang pengamat masalah Timteng asal Inggris, Patrick Seal, dalam artikelnya di Surat Kabar Harian Al Hayat terbitan 24 Juli 2006 mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan Israel sedemikian beringas menghadapi Hizbullah. Di antara alasan itu adalah historis konflik Hizbullah-Israel. Kedua kekuatan ini pernah berseteru sebelumnya selama 15 tahun yang berakhir dengan penarikan mundur Israel dari Lebanon selatan tahun 2000. Sehingga bisa dipahami serangan Israel merupakan aksi balas dendam atas kekalahan Israel di masa lalu.

Selain faktor historis konflik kedua pihak, kebiadaban Israel juga dipengaruhi oleh lemahnya reaksi dunia internasional dalam mengecam dan mengupayakan penghentian agresi tersebut secara cepat. Bahkan terkesan masyarakat internasional secara implisit menginginkan Israel sebagai alat implementasi Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) 1559. Resolusi itu isinya antara lain menyangkut perlucutan senjata milisi-milisi sipil di Lebanon, termasuk Hizbullah.

Pemberitaan koran New York Times beberapa waktu lalu makin memperkeruh keadaan. Harian itu memberitakan, Amerika Serikat (AS) mempercepat pengapalan senjata bom berpresisi tinggi ke Israel di saat negara ini melakukan serangan membabi buta ke Lebanon. Apapun alasannya, pengiriman itu jelas menunjukan sikap dukungan buta AS terhadap agresi militer yang mendorong negara zioinis semakin gencar membombardir Lebanon. Kebijakan tersebut juga tidak mendukung bagi upaya penghentian perang.

Sementara kekuatan-kekuatan internasional termasuk PBB dan Uni Eropa tidak mengambil sikap tegas terhadap agresi ini. Hasil pernyataan para pemimpin yang menghadiri pertemuan G-8 di Petersburgh, Rusia, juga cenderung menyalahkan kelompok Hizbullah. Para pejuang Hizbullah dianggap sebagai pemicu terjadinya kekejian Israel di Lebanon.

Bisa dikatakan, terdapat kesepakatan di antara masyarakat internasional mengenai perlunya perlucutan dan netralisasi kelompok Hizbullah di Lebanon. Bahkan Hizbullah dianggap sebagai kelompok yang menjadi penghambat bagi proses demokratisasi di Lebanon. Situasi internasional demikian dimanfaatkan oleh Israel untuk terus menghancurkan Lebanon dengan dalih menumpas Hizbullah.

Mengubah peta


Terkait dengan misi agresi militer tersebut, beberapa pengamat Timur Tengah mengatakan misi agresi yang dilakukan Israel sebenarnya ingin menimbulkan perpecahan internal politik dan perubahan perimbangan kekuatan politik di Lebanon. Diharapkan, dari hancurnya infrastruktur Lebanon yang parah, mayoritas rakyat dan kekuatan-kekuatan politik di Lebanon mengecam eksistensi Hezbullah di Lebanon. Rakyat didorong untuk menuduh Hizbullah sebagai biang kerok kehancuran yang telah mengembalikan Lebanon ke masa 50 tahun yang lalu. Atau paling tidak, agresi ini bisa menjadikan Hizbullah bukan lagi sebagai 'pemain' yang berpengaruh dalam politik dalam negeri di Lebanon.

Dari kalangan umat Islam di beberapa negara Arab termasuk Ikhwanul Muslimin menanggapi agresi Israel sebagai bagian dari upaya bangsa Yahudi untuk mewujudkan eksistensi negeri Israel raya. Aksi ini juga implementasi dari agenda AS untuk mewujudkan The Greater Middle East yang dilontarkan AS sebelum menginvansi Irak.

Oleh karena itu, menurut Ikhwanul Muslimin, tidak ada jalan lain kecuali menghadapi Israel melalui perlawanan bersenjata. Pengamatan Ikhwanul Muslimin ini mungkin ada benarnya menyusul pernyataan Menlu AS, Condoleezza Rice dalam jumpa persnya sebelum meninggalkan Gedung Putih pada 23 Juli 2006. Dia menyebutkan bahwa lawatan kunjungannya ke Israel bukan untuk mendorong gencatan senjata melainkan ingin melihat terwujudnya Timur Tengah baru.

Tidak menutup kemungkinan, agresi Israel tersebut sebenarnya hanya perpanjangan tangan AS untuk mengubah situasi perimbangan kekuatan di negara-negara Timur Tengah agar lebih mendukung kepentingan-kepentingan AS dan Israel di kawasan. Keberhasilan Israel menumpas Hizbullah akan semakin mendorong AS dan Israel untuk menekan negara-negara kawasan yang dikategorikan melawan agar lebih pro dengan agenda dan kepentingan AS kawasan tersebut.

Siapapun yang keluar menjadi pemenang, agresi militer Israel terhadap Lebanon akan berdampak buruk bagi stabilitas keamanan di Timur Tengah secara keseluruhan. Jika Hizbullah berhasil memukul mundur Israel dari Lebanon selatan, hal ini berdampak akan melemahkan kubu pendukung penyelesaian damai konflik Arab-Israel.

Kelompok penyeru perdamaian sebagai satu-satunya alternatif menyelesaikan konflik Arab-Israel akan semakin terpojok dan menurunkan tingkat kepercayaan kalangan grass root mengenai efektivitas melakukan perundingan dengan Israel. Sebaliknya, ideologi Hizbullah yang mengatakan hanya dengan kekuatan senjata, konflik Arab-Israel dapat diselesaikan semakin mendapatkan pembuktian kebenarannya. Ini berarti kawasan Timur Tengah akan menghadapi perang-perang susulan.

Di sisi lain, jika Israel berhasil menginvansi Lebanon dengan meluluhlantakkan seluruh infrastruktur negeri ini, maka skenario Irak akan terulang kembali di Lebanon. Kalau skenario ini berjalan, berarti juga akan menyulut kembali maraknya aksi-aksi kekerasan dari kelompok pejuang kemerdekaan seperti di Afghanistan, Irak, dan Somalia. Lebih jauh lagi, invasi ini juga akan memperluas gerakan-gerakan sentimen anti-AS dan Israel di berbagai belahan dunia.

Ikhtisar


- Tujuan utama agresi Israel adalah menghancurkan infrastruktur masyarakat Lebanon.


- Dengan kondisi itu, masyarakat Lebanon akan menganggap Hizbullah sebagai biang kerok.


- Ikhwanul Muslimin meyakini, kekejaman Israel hanya bisa dilawan dengan senjata.


- Israel masih menyimpan dendam atas keberhasilan Hizbullah mengusir Israel dari wilayah yang didudukinya di Lebanon selatan.


- Lewat aksi brutal ini, AS juga ingin mendominasi pengaruh di Timur Tengah, setelah bisa menundukkan Irak dan Afghanistan.


- Aksi keji Israel ini akan menyulut tindak kekerasan yang berkepanjangan.

( )

Foto-foto Kekejaman Tentara Israel

Foto-foto Kekejaman Tentara Israel


Dalam Al Qur’an Allah sering mengecam kelakuan bangsa Yahudi yang sering bertindak melampaui batas. Di foto ini anda bisa menyaksikan kekejaman tentara Israel yang membantai warga Palestina tanpa pandang bulu. Wanita dan anak-anak juga mereka bantai.

“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” [Al Maa-idah:62]




Anak-anak ISRAEL memberikan tanda tangan kematian untuk anak-anak LEBANON

anak Israel 2

Anak-anak kecil ISRAEL menuliskan ‘pesan’ di cangkang senjata artileri
berat. Lokasi di Kiryat Shmona, ISRAEL utara, bersebelahan dengan
perbatasan Lebanon. Senin, 17 Juli 2006

anak2israel2.jpg

(AP Photo/Sebastiian Scheiner)

…dan anak-anak LEBANON menerima-nya dengan….anak2libanon.jpg


Foto Tentara Israel Bantai Anak Umur 11 Tahun

Muhammad Al Durrah dan Ayahnya Jamal Ditembaki Tentara IsraelBerikut adalah salah satu kekejaman tentara Israel. Mereka sengaja selama 45 menit menembakkan pelurunya ke arah Jamal dan anaknya yang bernama Muhammad al Durrah yang masih berumur 11 tahun (1988-2000). Terlihat jelas bagaimana tembok di sekitar mereka berlindung berlubang karena tembakan tentara Israel.

Jamal terluka parah sementara anaknya Muhammad al Durrah tewas. Peristiwa itu direkam oleh Jurnalis Freelance Palestina, Talal Abu Rahma yang biasa bekerjasama dengan French 2. Hasil rekaman videonya kemudian disiarkan oleh TV Perancis, The French 2 Channel.

Muhammad dan ayahnya Jamal kemudian dibawa ke Rumah Sakit Shifa di Gaza.

Sekuense dari Video Rekaman Penembakan Muhammad Al Durrah dan Ayahnya Jamal

Ketika diwawancara BBC, Jamal mengatakan bahwa anaknya meminta perlindungan ayahnya. ”Demi Allah lindungi aku ayah” kata Muhammad. Namun tentara Israel terus menembak tanpa henti. Tentara Israel bahkan menembaki ambulan yang berusaha menyelamatkan mereka sehingga supirnya, Bassam al Bilbeisi tewas dan melukai lainnya.

Jamal luka parah dan Muhammad al DurraMeski pada awalnya pemerintah Israel segera minta maaf. Namun juru propaganda Israel berusaha menyangkal hal itu. Mereka menganggap hal itu dusta. Muhammad dan ayahnya hanya berpura-pura, kata mereka. Tak mungkin peluru bisa mengenai mereka karena mereka berlindung di balik tong. Padahal senapan mesin Israel tidak hanya mampu menembus tong, tapi juga badan mobil yang terbuat dari baja dan tembok di sekitar tempat berlindung Muhammad dan ayahnya.

Kekejaman tentara Israel yang tega membantai wanita dan anak-anak tak lepas dari Kitab Suci mereka, Torat, yang sudah dirubah oleh tangan mereka. Perintah Tuhan untuk membantai laki-laki dan perempuan, anak-anak dan bayi serta hewan yang tak berdosa:

“15:1. Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.

15:2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.

15:3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”

15:4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda.

15:5 Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang menghadang di lembah.

15:6 Berkatalah Saul kepada orang Keni: “Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?” Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek.

15:7 Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir.

15:8 Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.

15:9 Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.

15:10. Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:

15:11 “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.” Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.” (I Samuel 15:1-11)

Dengan kekejaman bangsa Yahudi, tak heran jika Allah dalam surat Al Fatihah mengatakan bahwa orang Yahudi adalah orang yang dimurkai Allah (Al Maghdub)

”Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil[432], dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” [Al Maa’idah:70]

http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Durrah

In an interview with the father, the BBC reported that Muhammad had pleaded with his father for protection. “For the love of God protect me, Baba (Dad),”.[16] The boy’s father told the BBC that Israeli troops had fired relentlessly, and had shot at an ambulance that tried to rescue the pair, killing the ambulance driver, Bassam al-Bilbeisi,[8] and injuring another.

The father said: “I appeal to the entire world, to all those who have seen this crime to act and help me avenge my son’s death and to put on trial Israel …” He said he planned to take Israel to the international courts.[16] In another interview, he said his son had died for “the sake of Al-Aqsa Mosque,” which was the subject of Palestinian protests at the time following a controversial visit by the Israeli politician Ariel Sharon

Foto-foto Kebiadaban Israel terhadap Bangsa Palestina

Ini adalah foto-foto kebiadaban Israel terhadap bangsa Palestina. Gambar-gambar tersebut menjelaskan kekejaman Israel yang disebut Allah dalam surat Al Fatihah sebagai Al Maghdlub (Orang yang dimurkai Allah).

Israel Soldier pointing gun at a terrified child

Foto seorang tentara Israel menodongkan senapannya ke anak kecil yang ketakutan di depan ayah dan ibunya. Apakah tentara Israel itu manusia atau binatang yang tidak punya hati?

Israel killing Palestine children

Foto mayat anak yang dibunuh tentara Israel.

Israel killing babiesFoto mayat bayi yang dibunuh tentara Israel

Israel kill American and English women

Foto wanita Amerika dan Inggris yang dibunuh Israel

Israel robbing Palestine landIsrael terus merampas tanah bangsa Palestina. Itulah sebabnya mengapa bangsa Palestina yang disebut “Teroris” oleh Israel dan antek-anteknya melawan balik Israel.

Israel bisa membunuh bangsa Palestina dengan senjata illegal rudal cluster dan bom kimia yang diluncurkan dari pesawat dan helikopter tempur yang diberikan oleh pemerintah AS. Israel bisa membunuh bayi dan anak-anak Palestina sebanyak mereka mau tanpa sanksi apa pun dengan dukungan pemerintah AS.

US tax payers money sent to Israel by US governmentPemerintah AS memberikan milyaran dollar uang pembayar pajak AS ke Israel.

Pemerintah AS akan memveto semua resolusi yang mengutuk kekejaman Israel sebab tidak ada seorang pun yang bisa jadi presiden AS tanpa dukungan dana jutawan dan media massa Yahudi AS (contohnya: CNN).

Israel membom sekolah PBB yang menewaskan 34 anak tanpa sanksi invasi yang dilakukan AS di Irak dan Afghanistan. Bahkan sanksi ekonomi AS seperti yang diterima Iran pun tidak.

Siapa yang akan menolong bayi dan anak-anak Palestina dari kebiadaban Israel?

Mohon disebarkan foto-foto ini (di www.syiarislam.wordpress.com) kepada teman dan saudara anda. Jangan biarkan mereka mati tanpa ada yang tahu dan mengingatnya.

Zionisme Israel, Imperialisme Barat, dan Terorisme Keduanya


Pengen tahu, kata-kata aneh sebangsa Zionis, yahudi, Imperialisme dan sebagainya? simak artikel berikut ini, cukup jelas dan gamblang uraian kang arief.

Zionisme Israel
Sebelum berbicara mengenai Zionisme Israel, kita harus memahami terlebih dulu hubungan antara Yahudi dengan Zionisme. Dari apa yang dinyatakan Roger Geraudy dalam The Case of Israel-nya, ada isyarat bahwa ketika berbicara mengenai Yahudi, hal itu terkait dengan: (1) Yahudi sebagai agama; (2) Yahudi sebagai sebuah bangsa; (3) Yahudi sebagai keturunan; (4) Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (baca: Zionisme). Para tokoh Yahudi sendiri memiliki penafsiran yang berbeda tentang permasalahan tersebut.

Sebagai sebuah agama, bangsa, sekaligus keturunan, Yahudi telah eksis sejak berabad-abad yang lalu; bahkan sejak zaman Nabi Musa a.s. Sementara itu, Yahudi sebagai gerakan politik adalah fenomena baru yang lahir pada masa imperialisme dan kolonialisme Barat. Dengan kata lain, Zionisme adalah pemikiran baru, bukan bagian dari historisitas Yahudi Internasional, tetapi derivat dari pemikiran Barat, khususnya Eropa. Pakar politik dan pemikir Kristen justru mengenal paham Zionisme sebelum paham itu terlintas di benak orang Yahudi. Paham itu bermula dari pengusiran-pengusiran orang-orang Yahudi. Tidak tahan dengan perlakukan seperti itu, kaum Yahudi kemudian melakukan eksodus besar-besaran ke Eropa. Kejadian ini telah membuat orang-orang Eropa merasa risih terhadap keberadaan mereka. Akhirnya, orang-orang Eropa berkeinginan memindahkan mereka dari daratan Eropa. Hal ini telah mendorong mereka untuk mencari tempat berlindung. Inilah alasan yang menyebabkan negara-negara Eropa, terutama Inggris, membentuk gerakan-gerakan Yahudi bukan untuk kebaikan Yahudi, bukan pula sebagai wujud belas kasihan kepada Yahudi, tetapi sebagai jembatan untuk mempertahankan kepentingan Eropa di wilayahnya.

Zionisme adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara khusus bagi komunitas Yahudi (di Palestina). Negara ini merupakan institusi yang mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi yang sudah bertebaran di seluruh dunia (diaspora).

Secara politis, tahun 1882 adalah titik-tolak keinginan tokoh-tokoh Yahudi untuk mewujudkan negara Zionis Israel.?آ Theodore Hertzl merupakan tokoh kunci yang mencetuskan ide pembentukan negara tersebut. Ia menyusun doktrin Zionismenya dalam bukunya berjudul أ¢â‚¬?der Judenstaadأ¢â‚¬â„¢ (The Jewish State).?آ Sejak tahun 1882, Zionisme merupakan sebuah gerakan politik yang secara sistematis berusaha mewujudkan negara Yahudi. Secara nyata, gerakan ini didukung oleh tokoh-tokoh Yahudi yang hadir dalam kongres pertama Yahudi Internasional di Basel (Swiss) tahun 1895. Kongres tersebut dihadiri oleh sekitar 300 orang, mewakili 50 organisasi zionis yang terpencar di seluruh dunia. Mereka lalu mendirikan basis kekuatannya di Wina (Austria) tahun 1896.

Imperialisme Barat
Dilihat dari perkembangan sejarah dunia, terutama sejak masa renaissance di Eropa hingga kini, dunia telah dibentuk dengan ide-ideأ¢â‚¬â€‌baik yang mendasar ataupun turunanأ¢â‚¬â€‌yang sebagian besarnya dimunculkan oleh orang-orang keturunan Yahudi (Ini berarti terkait dengan Yahudi sebagai keturunan). Hal inilah yang disimpulkan oleh Max I Dimont seorang Yahudi, yang secara angkuh mengungkapkan dalam bukunya, Jews, God, and History. Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Desain Yahudi atau Kehendak Tuhan ini, membuat sebuah paragrap penutup, أ¢â‚¬إ“Jika seseorang memandang pencapaian Yahudi melalui kaca mata meterialistik, ia hanya melihat sebuah minoritas tak berarti yang hanya memiliki secuplik negeri?آ dan sedikit bataliyon. Ini tampaknya musykil. Akan tidak tampak musykil jika orang menanggalkan prasangka-perasangka yang menutup mata dan memandang dunia bukan sebagai أ¢â‚¬إ“bendaأ¢â‚¬? tetapi sebagai sebuah أ¢â‚¬إ“ideأ¢â‚¬?. Si orang itu pasti akan melihat bahwa dua pertiga ide dunia beradab sudah diatur oleh ide-ide bangsa Yahudiأ¢â‚¬â€‌ide Moses, Jesus, Paul, Spinoza, Marx, Freud, Einstein,أ¢â‚¬آ¦.أ¢â‚¬?

Dalam sudut pandang ideologi, ada tiga ide besar yang tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dan keterlibatan orang-orang Yahudi, yakni Kapitalisme, Sosialisme, dan Zionisme.

Kapitalisme dan Sosialisme pertama kali digagas di Eropa. Ideologi ini dibangun atas dasar pemikiran-pemikiran mendasar tentang manusia dan kehidupan. Peran orang-orang Yahudi untuk menghasilkan ide-ide yang merusak dunia ini sangatlah besar. Seperti yang ditulis oleh Max I Dimont ketika mengomentari masa kebangkitan Eropa (renaissance), أ¢â‚¬إ“Tetapi citra akan terkaburkan jika kita menghapuskan nama-nama kontributor Yahudi. Dalam periode ini, menjulang tinggi figur-figur Yahudi seperti Marx, Freud, Bergson, Einsteinأ¢â‚¬آ¦أ¢â‚¬?.

Dari Karl Marx muncul ideologi Sosialisme, termasuk Komunisme. Masih dalam buku yang sama, Max I Dimont memberikan komentar tentang Karl Marxأ¢â‚¬â€‌tentunya dengan sudut pandang Yahudi-nya yang sangat kental, أ¢â‚¬إ“Karl Marx, anak seorang Yahudi yang berada, dilahirkan pada tahun 1818 di Trier, Jermanأ¢â‚¬آ¦أ¢â‚¬?

Ide ekonomi kapitalis dunia tidak bisa juga dilepaskan dari seorang David Ricardo. Dia dianggap sebagai Bapak Kapitalisme yang telah merumuskan teori-teori ekonomi Kapitalisme penting tentang utang, kepemilikan, upah, dan tentang kuantitas uang. Bagaimana kedekatan David Ricardo ini dengan Yahudi? Kembali Max I. Dimont menulis, أ¢â‚¬إ“أ¢â‚¬آ¦Ayah Ricardo telah mengadakan kebaktian Yahudi untuk pemakaman anaknya ituأ¢â‚¬آ¦أ¢â‚¬?

Apa yang dirasakan oleh manusia dengan kedua ideologi yang dicetuskan oleh orang-orang Yahudi ini? Kedua ideologi ini telah membawa kehancuran yang dahsyat bagi dunia, terutama karena kedua-duanya menjadikan imperialisme (penjajahan) sebagai instrumen untuk meneguhkan sekaligus mengembangkan dirinya ke seluruh dunia.

Hubungan Zionisme dengan Imperialisme
Lalu, bagaimana hubungan antara Kapitalisme dan Sosialismeأ¢â‚¬â€‌yang sama-sama menggunakan imperialisme sebagai instrumennyaأ¢â‚¬â€‌dengan Yahudi sebagai sebuah agama dan Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme)?

Sebagai sebuah agama yang hanya bersifat ritual dan spiritual, Yahudi tidak bisa berdiri sendiri. Agama Yahudi membutuhkan sebuah ideologi politik. Oleh karena itu, para penganut agama Yahudi ada yang bergabung dengan ideologi Kapitalisme dan ada pula yang bergabung dengan Sosialisme.

Namun demikian, sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme), Yahudi lebih memanfaatkan Kapitalismeأ¢â‚¬â€‌yang memang lebih dominan sekaligus lebih berjaya dengan imperialismenyaأ¢â‚¬â€‌sebagai kendaraan politiknya. Oleh karena itu, Zionisme berhasil menuai berbagai keuntungan politis berkat dukungan imperialisme Barat sejak dimulainya imperialisme tersebut hingga saat ini.

Dibandingkan dengan imperialisme Baratأ¢â‚¬â€‌meskipun secara tidak langsung dicetuskan oleh orang-orang Yahudi karena merekalah yang menggagas ideologi Kapitalismeأ¢â‚¬â€‌Zionisme jelas kalah pamor. Kepentingan imperialisme sendiri muncul lebih awal ketimbang kemunculan gerakan bersatunya Yahudi sebagai kekuatan politik yang sangat berpengaruh di Barat. Historisitas gerakan Zionisme bukan bagian dari historisitas Yahudi internasional dan tidak pernah dikenal oleh orang-orang Yahudi Yaman, India, atau Irak; tetapi hanya dikenal oleh orang-orang Yahudi di Dunia Barat. Gerakan ini juga tidak pernah dikenal pada abad pertengahan, melainkan baru dikenal pada abad ke-19, yakni bersamaan dengan meletusnya peperangan melawan imperialisme Barat di berbagai wilayah.

Karena kesadaran pengikut zionis akan pentingnya bersandar kepada pihak luar, maka mereka bergabung dengan sentral kekuatan imperialisme yang mampu untuk menjamin perlindungan dan keamanan terhadap mereka. Untuk itu, Yahudi memindahkan kegiatan dan markas mereka ke Amerika, agar terus mendapat jaminan perlindungan dan keamanan Amerika.

Simbiosis Barat imperialis dengan kaum Zionis Yahudi menemukan bentuk idealnya ketika mereka bersama-sama menghadapi kekuatan kaum Muslim yang saat itu berada di bawah naungan Daulah Islamiyah Utsmaniyah. Orang-orang Yahudi أ¢â‚¬?relaأ¢â‚¬â„¢ mengubur permusuhannya dengan orang-orang Barat Kristen. Padahal, mereka belum pupus ingatannya terhadap peristiwa yang menimpa warga Yahudi Eropa, tatkala Raja Spanyol yang beragama Katolik bertanggung jawab terhadap pembantaian dan pemusnahan kaum Yahudi dari daratan Eropa, tidak lama setelah jatuhnya benteng Islam terakhir di wilayah Andalusiaأ¢â‚¬â€‌sekarang menjadi daerah Portugal dan Spanyolأ¢â‚¬â€‌tahun 1492.

Zionisme Israel, Imperialisme AS, dan Terorisme Keduanya di Dunia Islam
Kita tahu, sejak tampil sebagai pemenang dalam Perang Dunia II dan juga Perang Dingin hingga saat ini, pijakan kebijakan politik luar negeri ASأ¢â‚¬â€‌sebagai pengusung utama ideologi kapitalismeأ¢â‚¬â€‌sebetulnya tidak pernah berubah, yakni imperialisme (penjajahan). Yang berubah adalah cara dan sarananya saja. Jika di masa lalu imperialisme lebih menonjolkan kekuatan fisik (militer), maka saat ini instrumen yang digunakan adalah politik dan ekonomi. Pada era imperialisme non-fisik inilah hubungan Zionisme dengan sentra kekuatan imperialisme Barat ini, terutama AS, jutru semakin erat dan bahkan semakin أ¢â‚¬?mesraأ¢â‚¬â„¢. Hal itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan politik luar negeri (baca: imperialisme) Amerika, khususnya di Timur Tengah, yang selalu menguntungkan kaum Zionis. Keduanya bahkan sama-sama terlibat secara intens di dalam menebarkan teror di Dunia Islam.

Hal ini sebetulnya mudah dipahami ketika kita mengetahui siapa sesungguhnya yang menentukan kebijakan politik luar negeri Amerika. Menurut beberapa sumber bahwa politik luar negeri AS banyak dipengaruhi Kongres dan lobi Yahudi; di samping agen intelijen dan media massa.

Kongres dan lobi Yahudi yang dikenal dengan AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) memainkan peranan vital dalam politik LN Amerika sejak tahun 1960-an walaupun implikasinya tidak kentara (invisible) di lapangan, tetapi mereka yang bertanggung jawab dalam hal tersebut sangat merasakan sepak terjangnya yang kuat. Kongres memainkan peran substansial dalam membentuk kebijakan LN Amerika, terutama untuk kawasan Timur Tengah, antara lain dengan melindungi keamanan entitas Zionis, eksistensi, dan superioritasnya di berbagai aspek karena entitas ini diproyeksikan sebagai agen Barat kawasan ini. Konsekuensinya, Kongres konsisten membuat segala upaya untuk mengalokasikan porsi bantuan LN yang signifikan buat Israel pada saat konflik Israel vis-a-vis Arab terus bereskalasi.

Di saat PBB mengeluarkan resolusi yang sangat lunak tentang kebiadaban Israel baru-baru ini, Kongres AS berbuat sebaliknya. Mereka melakukan voting untuk mengecam Palestina. Hasilnya 365 suara?آ mendukung dan hanya 30 suara menentang. Inilah gambaran demikian kuatnya pengaruh Yahudi di Amerika Serikat.

Kenapa Yahudi demikian kuat di AS padahal jumlah mereka sedikit. Edward Tivnan dalam bukunya The Lobby, Jewish Political?آ Power and American Foreign Policy?آ meneliti tentang sejauh mana kekuatan masyarakat Yahudi di AS. Dalam buku itu disebutkan beberapa sumber kekuatan Yahudi dalam politik AS, antara lain:

Pertama, senjata politik. Lewat ini kelompok Yahudi akan dapat mencap atau memberi label anti Israel, Pro Arab, atau anti semit kepada mereka yang mengeritik Israel.

Kedua, suara (vote) masyarakat Yahudi. Meskipun Amerika memiliki tradisi demokrasi yang kental, namun sesungguhnya hanya sedikit penduduk AS yang memberikan suaranya, bahkan hampir setengah dari pemilih tidak memberikan suara. Sebaliknya enam juta Yahudi yang hanya 3 % dari seluruh penduduk?آ bisa secara maksimal memberikan 90 % suara mereka.

Ketiga, kemampuan orang-orang Yahudi untuk memberikan uang dalam kampanye-kampanye politik. Kekuatan uangأ¢â‚¬â€‌yang menonjolأ¢â‚¬â€‌dalam pemilihan di Amerika Serikat hampir seusia dengan negara ini. Yahudi pertama yang memberikan dana politik nasional adalah seorang bankir Yahudi bernama Abraham Feinberg. Dia merupakan penyokong dana pemilihan Hary Truman dan John?آ F. Kennedy. Yahudi Amerika Serikat sangat أ¢â‚¬?dermawanأ¢â‚¬â„¢ terhadap calon yang mereka percaya akan mendukung kepentingan mereka.

Di samping itu, setiap orang mengakui bahwa media massa merupakan elemen tak terpisahkan dari proses politik Amerika yang secara tidak langsung memberikan kontribusi pada politik LN-nya. Liputan media selalu saja memberikan impresi negative dan pandangan miring terhadap orang Arab dan komunitas Islam. Pada sisi lain, media Amerika secara konsisten mempresentasikan Israel dalam a positive light, kendati kebrutalan dan kebiadaban terus dilakukannya. Tidak dipungkiri memang bahwa media Amerika telah didominasi oleh Yahudi yang berhasil menampilkan sosok rakyat Arab dan umat Islam seperti monster yang menteror dan mendestabilkan dunia.

Dari 1.700 koran terbitan AS, 3 % adalah milik Yahudi. Jumlah ini mencakup surat kabar yang terkemuka terutama dalam masalah internasional. Misalnya The New York Times dan The Washington Post. Hartawan Yahudi AS juga menguasai majalah mingguan yang berpengaruh seperti Newsweek, Time, US News & World Report, ataupun juga mingguan intelektual seperti Nation,?آ New Republic, The New York Times Review of Books, dan lain-lain. Mereka juga menguasai tiga televisi besar di AS seperti The Columbia Broadcasting System, The American Broadcasting Corporation, dan The National Broadcasting Corporation. Perlu dicatat orang AS lebih suka?آ menontot TV dari pada membaca. Dengan demikian, pengaruh TV di AS untuk membentuk opini sangatlah?آ besar.

Lebih dari itu, eratnya hubungan Zionisme dengan imperialisme AS dapat dilihat dari beberapa fakta berikut.

Semasa masih menjadi presiden, di Los Angeles, Bill Clinton (14/8/2000), misalnya, pernah berkata, أ¢â‚¬إ“Kami harus menjalin hubungan erat dengan Israel, sebagaimana telah saya lakukan sepanjang kekuasaan saya sebagai presiden dan sepanjang 52 tahun lampau.أ¢â‚¬?

Sementara itu, pada awal-awal kekuasaannya sebagai presiden AS, George W. Bush berkomentar pada jumpa pers yang ia lakukan dengan Toni Blair di Kamp David pada tanggal 23/2/2001, أ¢â‚¬إ“Kami akan mengulang kembali seluruh kebijakan-kebijakan politik (sebelumnya) untuk wilayah-wilayah dunia. Salah satunya adalah wilayah yang telah menyita sebagian besar waktu, yakni sekitar Teluk Persia dan Timur Tengah.أ¢â‚¬?

Dua pekan sebelumnya, Bush ketika mengucapkan selamat kepada Ariel Sharon dalam Pemilu tanggal 6/2/2001, menyatakan, أ¢â‚¬إ“Amerika akan bekerjasama dengan semua pemimpin Israel; sejak berdirinya pada tahun 1948. Hubungan bilateral kami sangat kokoh layaknya batu karang; sebagaimana komitmen Amerika terhadap keamanan Israel dan adanya kepercayaan besar terhadap PM Sharon.أ¢â‚¬?

Demikianlah sikap resmi pemerintah AS terhadap Israel. Wajar jika berbagai kebijakan politik yang ditempuh Israelأ¢â‚¬â€‌termasuk tindakan terorismeأ¢â‚¬â€‌di Timur Tengah akan selalu mendapatkan dukungan atau, paling tidak, restu dari AS.

Sikap Umat Islam
Dari paparan di atas, belum terlambat waktunya bagi kaum Muslim untuk menyadari bahwa musuh mereka saat ini adalah Zionisme Israel dan Imperialisme Barat (terutama AS). Oleh karena itu, sudah saatnya pula kaum Muslim menjadikan mereka sebagai musuh utama yang segera harus dimusnahkan di muka bumi. Sayangnya, hal itu mustahil dapat dilakukan jika kaum Muslim tidak memiliki sebuah institusi yang kuat; sebuah institusi (negara) yang berbasiskan ideologi Islam. Sebab, ideologi Baratأ¢â‚¬â€‌yakni Kapitalisme yang melahirkan imperialisme dan Zionismeأ¢â‚¬â€‌hanya mungkin dilawan dengan ideologi Islam, dan institusi (negara) semacam AS dan Yahudi hanya mungkin dapat dilawan dengan institusi (negara) Islam, yakni Khilafah Islam. Tanpa ideologi Islam dan Khilafah Islam, jangan berharap kita mampu menghancurkan AS dan Yahudi; bahkan sekadar untuk melepaskan diri dari cengkeraman keduanya. Wallahu aأ¢â‚¬â„¢lam bish-shaw?آ¢b. [Oleh Arief B. Iskandar, redaktur pelaksana Jurnal al-waأ¢â‚¬â„¢ie, tinggal di Bogor]